Contoh Khutbah Minggu Ketiga Bulan Syawal

Contoh Khutbah Minggu Ketiga Bulan Syawal, Segala puji hanya milik Allah Subhanahu wa Ta’ala, Tuhan semesta alam yang telah memberikan nikmat dan karunia-Nya kepada kita semua, terutama nikmat iman dan Islam. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan Nabi besar Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya hingga akhir zaman. Pada kesempatan yang mulia ini, mari kita tingkatkan ketakwaan kita kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa. Janganlah kita meninggalkan dunia ini kecuali dalam keadaan Islam yang lurus dan diridhai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Jama’ah Jumat yang dirahmati Allah, kita baru saja melewati bulan suci Ramadhan yang penuh berkah. Bulan yang menjadi ladang latihan bagi jiwa untuk semakin taat dan tunduk kepada perintah Allah. Kini, kita berada di bulan Syawal, bulan yang menjadi momentum untuk mempertahankan serta melanjutkan semangat ibadah dan ketakwaan yang telah kita latih selama Ramadhan. Di minggu ketiga bulan Syawal ini, mari kita merenung sejenak: apakah amalan kita setelah Ramadhan tetap istiqamah? Apakah semangat beribadah kita masih menyala seperti ketika kita sedang berada di tengah-tengah bulan Ramadhan?

Khutbah kali ini akan mengangkat tema penting tentang bagaimana menjaga keistiqamahan setelah Ramadhan, khususnya di bulan Syawal, dan bagaimana kita dapat menjadikan bulan Syawal sebagai bulan pembuktian cinta dan ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Semoga khutbah ini dapat menjadi pengingat bagi kita semua agar tidak kembali lalai dan lengah setelah melewati bulan yang mulia tersebut.

Bulan Syawal sebagai Momentum Melanjutkan Kebaikan

Jama’ah yang dirahmati Allah, Syawal adalah bulan yang memiliki makna penting dalam kalender hijriyah. Syawal secara bahasa berarti ‘peningkatan’. Ini menjadi isyarat bahwa setelah Ramadhan, seyogyanya kita mengalami peningkatan dalam ibadah, akhlak, dan ketakwaan. Ramadhan bukanlah akhir dari segalanya, namun justru merupakan awal dari fase baru dalam kehidupan seorang mukmin. Maka, bulan Syawal menjadi saat yang sangat strategis untuk mengevaluasi diri: apakah ibadah kita meningkat atau justru menurun?

Allah SWT memerintahkan kita untuk istiqamah, sebagaimana disebutkan dalam Surah Fussilat ayat 30: “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: ‘Tuhan kami ialah Allah’ kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): ‘Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan bergembiralah dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu’.” Ayat ini menegaskan pentingnya konsistensi dalam iman dan amal. Oleh karena itu, setelah Ramadhan, seorang Muslim tidak boleh merasa cukup atau berpuas diri, tetapi harus terus meningkatkan amal salehnya.

Di bulan Syawal ini, kita bisa memulai dengan memperbanyak shalat sunnah, memperbanyak dzikir, membaca Al-Qur’an, serta mempererat tali silaturahmi. Bahkan Nabi Muhammad SAW menganjurkan untuk berpuasa enam hari di bulan Syawal, sebagaimana sabda beliau: “Barangsiapa berpuasa Ramadhan kemudian diikuti dengan puasa enam hari di bulan Syawal, maka dia seperti berpuasa setahun penuh.” (HR. Muslim). Ini menunjukkan bahwa Syawal bukanlah bulan rehat dari ibadah, melainkan bulan kelanjutan dari amal kebaikan yang telah diraih di Ramadhan.

Bahaya Kembali kepada Kemaksiatan Setelah Ramadhan

Jama’ah Jumat yang mulia, salah satu hal yang sangat disayangkan adalah ketika banyak umat Islam yang kembali kepada kebiasaan buruk setelah Ramadhan. Seolah-olah ibadah yang dilakukan hanya bersifat musiman. Padahal, Islam bukanlah agama musiman yang hanya dijalankan di waktu-waktu tertentu. Ketakwaan kepada Allah harus terus dipelihara dan diperjuangkan sepanjang waktu.

Kembali kepada maksiat setelah Ramadhan ibarat orang yang telah mencuci bajunya hingga bersih, lalu menggunakannya untuk berguling di tempat yang kotor. Ini adalah perumpamaan yang sangat tepat bagi orang yang setelah Ramadhan kembali melakukan kebohongan, ghibah, meninggalkan shalat, atau bermalas-malasan dalam beribadah. Rasulullah SAW bersabda, “Celakalah orang yang melalui Ramadhan namun dosanya tidak diampuni.” (HR. Tirmidzi). Hadis ini mengandung peringatan keras bahwa Ramadhan adalah momentum pengampunan, namun jika tidak dimanfaatkan dengan baik, maka seseorang termasuk orang yang merugi.

Setan yang dibelenggu di bulan Ramadhan, kini kembali dilepaskan dan akan berusaha keras menggoda manusia. Oleh sebab itu, kita harus melipatgandakan kewaspadaan dan menjadikan ibadah Ramadhan sebagai tameng untuk tetap bertahan dalam keimanan. Jangan biarkan setan berhasil merusak hati dan niat kita setelah Ramadhan. Mari kita jaga semangat kebaikan dan ibadah, karena hidup ini adalah ujian yang terus berlangsung hingga akhir hayat kita.

Amalan-Amalan yang Dapat Dijaga di Bulan Syawal

Jama’ah yang dirahmati Allah, untuk menjaga semangat Ramadhan di bulan Syawal, ada beberapa amalan yang bisa terus dilanjutkan. Pertama adalah shalat malam (qiyamul lail). Meskipun tidak semeriah shalat tarawih di bulan Ramadhan, shalat malam tetap sangat dianjurkan di bulan-bulan lainnya. Allah SWT sangat mencintai hambanya yang bangun di malam hari untuk bersujud dan memohon ampunan.

Kedua, puasa sunnah enam hari di bulan Syawal. Puasa ini memiliki pahala besar sebagaimana telah disebutkan dalam hadis Rasulullah SAW. Puasa ini dapat dilakukan berturut-turut maupun terpisah selama masih dalam bulan Syawal. Ini merupakan bentuk cinta kita kepada Allah dengan tetap melatih diri dalam ibadah meski Ramadhan telah berlalu.

Ketiga, membaca Al-Qur’an. Jangan sampai mushaf Al-Qur’an kita kembali tertutup dan berdebu setelah Ramadhan. Jadikan tilawah Al-Qur’an sebagai rutinitas harian. Bacalah walau hanya satu halaman, namun konsisten setiap hari. Al-Qur’an adalah petunjuk hidup, obat bagi hati, dan cahaya dalam kegelapan.

Keempat, bersedekah dan membantu sesama. Di bulan Syawal masih banyak orang yang membutuhkan bantuan, terlebih bagi mereka yang belum mampu merayakan Idulfitri dengan layak. Sedekah adalah ibadah yang tidak mengenal musim. Teruslah berinfak, karena harta yang disedekahkan tidak akan pernah mengurangi rezeki.

Menjaga Silaturahmi dan Memaafkan di Bulan Syawal

Bulan Syawal identik dengan momen silaturahmi. Setelah sebulan penuh menjalankan ibadah puasa yang mengajarkan kesabaran dan pengendalian diri, Syawal menjadi waktu yang tepat untuk menjalin dan memperkuat kembali hubungan persaudaraan. Islam sangat menganjurkan untuk menjaga tali silaturahmi, karena di dalamnya terdapat keberkahan umur dan rezeki.

Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa yang ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung silaturahmi.” (HR. Bukhari dan Muslim). Maka, mari kita manfaatkan Syawal ini untuk meminta dan memberi maaf kepada keluarga, kerabat, dan teman-teman. Jangan sampai permusuhan dan dendam menghancurkan hubungan yang telah dibangun selama ini. Ingatlah bahwa memaafkan adalah ciri dari orang-orang bertakwa, sebagaimana firman Allah dalam QS. Ali Imran ayat 134: “…dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan.”

Memaafkan bukan berarti kita kalah, tetapi menunjukkan bahwa kita memiliki jiwa besar dan mengikuti sunnah Rasulullah. Maka di bulan Syawal ini, mari jadikan momen silaturahmi sebagai sarana mempererat ukhuwah Islamiyah, saling mendukung dalam kebaikan, dan memperkuat persaudaraan sesama Muslim.

Sumber Rujukan

  1. Al-Qur’anul Karim: Surah Fussilat ayat 30, Surah Ali Imran ayat 134

  2. Hadis Riwayat Muslim tentang puasa enam hari Syawal

  3. Hadis Riwayat Tirmidzi tentang celakanya orang yang tidak mendapat ampunan di Ramadhan

  4. Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim tentang silaturahmi dan keberkahan hidup

  5. Kitab Riyadhus Shalihin karya Imam Nawawi

  6. Tafsir Ibnu Katsir

Penutup

Jama’ah yang dirahmati Allah, marilah kita jadikan bulan Syawal sebagai titik tolak untuk menjaga keistiqamahan dalam beribadah. Jangan sampai semangat Ramadhan hanya menjadi angin lalu yang hilang begitu saja. Syawal adalah bulan peningkatan, bukan bulan penurunan. Mari kita terus tingkatkan amal saleh, pelihara hubungan baik dengan sesama, dan tanamkan niat untuk selalu dekat kepada Allah. Semoga Allah menerima seluruh amal ibadah kita selama Ramadhan, dan memberikan taufik serta hidayah-Nya untuk terus berada di jalan yang lurus di bulan-bulan setelahnya. Amin ya Rabbal ‘alamin.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

fiqih.ID

Fiqih.id adalah website yang menyajikan berbagai informasi seputar fiqih Islam, mencakup hukum-hukum dalam ibadah, muamalah, serta kehidupan sehari-hari sesuai dengan ajaran Islam

Bagikan:

Tags:

Leave a Comment