7 Hal yang Membuat Seseorang Mendapatkan Hidayah

7 Hal yang Membuat Seseorang Mendapatkan Hidayah, Hidayah adalah anugerah paling berharga dari Allah SWT kepada hamba-Nya. Tanpa hidayah, seseorang tidak akan mampu membedakan antara kebenaran dan kebatilan, antara jalan lurus dan jalan kesesatan. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman, “Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barang siapa yang disesatkan-Nya, maka engkau tidak akan mendapat seorang penolong pun baginya.” (QS. Al-Kahfi: 17).

Namun, hidayah bukan sesuatu yang datang secara tiba-tiba tanpa sebab. Ada hal-hal yang bisa membuat seseorang lebih dekat kepada hidayah Allah. Hidayah juga terbagi ke dalam beberapa jenis, di antaranya adalah hidayah irsyad (petunjuk melalui dakwah dan ilmu) dan hidayah taufik (kemampuan untuk menerima dan menjalankan petunjuk). Artikel ini akan mengulas tujuh hal yang dapat membuka pintu hidayah, berdasarkan pengalaman spiritual, dalil Al-Qur’an dan hadits, serta nasihat para ulama.

7 Hal yang Membuat Seseorang Mendapatkan Hidayah

1. Niat yang Tulus untuk Mencari Kebenaran

Salah satu syarat utama untuk memperoleh hidayah adalah adanya niat yang tulus dari dalam hati untuk mencari kebenaran. Allah mencintai hamba-Nya yang ikhlas dalam pencarian kebenaran, tanpa tendensi duniawi atau hawa nafsu. Dalam surat Al-Ankabut ayat 69, Allah berfirman, “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sungguh, Allah beserta orang-orang yang berbuat baik.”

Niat yang tulus ini sering kali menjadi titik awal perubahan besar dalam hidup seseorang. Banyak mualaf yang mengaku bahwa sebelum mereka masuk Islam, mereka lebih dulu memiliki keinginan yang kuat untuk mencari kebenaran sejati dalam hidup. Bahkan mereka mempelajari berbagai agama sebelum akhirnya mendapat petunjuk untuk memeluk Islam.

Niat juga menentukan arah langkah selanjutnya. Jika seseorang memang benar-benar ingin mendapatkan kebenaran, maka Allah akan membukakan jalan, baik melalui pertemuan dengan orang saleh, bacaan yang mencerahkan, atau pengalaman hidup yang menggugah hati. Dalam hadits Qudsi, Allah berfirman, “Barang siapa yang mendekat kepada-Ku sejengkal, maka Aku akan mendekat kepadanya sehasta.” Ini menunjukkan bahwa usaha kecil yang dilakukan dengan niat ikhlas akan dibalas dengan limpahan petunjuk dari Allah SWT.

2. Membaca dan Merenungi Al-Qur’an

Al-Qur’an adalah sumber utama hidayah. Dalam surat Al-Baqarah ayat 2 ditegaskan, “Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa.” Membaca Al-Qur’an tidak hanya sekadar melafalkan huruf-hurufnya, namun yang paling penting adalah merenungi maknanya (tadabbur) dan mengamalkannya dalam kehidupan.

Banyak kisah orang-orang yang mendapatkan hidayah karena tersentuh oleh ayat-ayat Al-Qur’an. Ada yang saat mendengar bacaan surat Ar-Rahman atau Al-Ikhlas langsung merasa hatinya tersentuh, kemudian mulai mendalami Islam. Al-Qur’an bekerja menembus relung hati manusia, bahkan mereka yang sebelumnya jauh dari agama.

Proses tadabbur membawa pembaca untuk memahami nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, serta petunjuk praktis dalam hidup. Saat seseorang memahami isi Al-Qur’an, maka ia akan menyadari betapa sempurnanya ajaran Islam dan betapa sayangnya Allah kepada hamba-hamba-Nya.

Oleh karena itu, penting bagi siapa saja yang ingin mendapatkan hidayah untuk memperbanyak interaksi dengan Al-Qur’an. Baik melalui tilawah harian, mengikuti kajian tafsir, maupun membaca terjemahan dan tafsir Al-Qur’an. Jangan lupa pula untuk berdoa kepada Allah agar diberi pemahaman yang benar atas ayat-ayat-Nya.

3. Lingkungan yang Baik dan Berteman dengan Orang Saleh

Lingkungan memiliki peran besar dalam membentuk kepribadian dan cara pandang seseorang. Berteman dengan orang-orang saleh dan berada di lingkungan yang mendukung kebaikan dapat menjadi jalan terbukanya hidayah. Rasulullah SAW bersabda, “Perumpamaan teman yang baik dan teman yang buruk adalah seperti penjual minyak wangi dan pandai besi…” (HR. Bukhari dan Muslim). Teman yang baik akan memengaruhi kita ke arah yang lebih baik, bahkan tanpa disadari.

Banyak orang yang mengaku mulai berubah menjadi lebih baik karena pergaulan yang sehat. Mereka mulai ikut pengajian karena diajak teman, atau mulai menutup aurat karena melihat contoh dari lingkungan sekitarnya. Hidayah bisa datang melalui pertemuan-pertemuan yang dianggap kebetulan, padahal semua sudah diatur oleh Allah.

Lingkungan yang buruk, sebaliknya, bisa menghambat datangnya hidayah. Seseorang yang dikelilingi oleh orang-orang yang suka berbuat dosa, mencela agama, atau bersikap apatis terhadap ibadah, cenderung akan menjauh dari nilai-nilai kebenaran. Oleh karena itu, memperbaiki lingkungan sosial adalah langkah penting dalam upaya mencari dan menjaga hidayah.

4. Musibah dan Ujian Hidup

Tidak sedikit orang yang justru mendapat hidayah setelah mengalami musibah besar dalam hidupnya. Entah itu kehilangan orang tercinta, bangkrut secara finansial, terkena penyakit kronis, atau kegagalan dalam karier. Dalam kondisi tersebut, banyak manusia yang akhirnya menyadari kelemahan dirinya dan membutuhkan sandaran, yaitu Allah SWT.

Ujian hidup adalah salah satu bentuk kasih sayang Allah. Dalam QS. Al-Baqarah ayat 155 disebutkan bahwa Allah akan menguji manusia dengan rasa takut, lapar, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Namun Allah juga memberikan kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.

Melalui musibah, hati yang sebelumnya keras bisa menjadi lembut. Pikiran yang sebelumnya sombong menjadi tunduk. Ini adalah saat di mana seseorang merasa bahwa hanya Allah tempat bergantung, dan saat itulah hidayah mulai menyapa. Banyak kisah inspiratif tentang mereka yang berubah menjadi lebih religius setelah mengalami titik terendah dalam hidup mereka.

5. Doa yang Tulus kepada Allah

Doa adalah senjata orang beriman, termasuk dalam hal meminta hidayah. Dalam setiap rakaat salat, kita sebenarnya selalu memohon hidayah kepada Allah dengan membaca “Ihdinash-shiraathal mustaqiim” (Tunjukkanlah kami jalan yang lurus). Ini menunjukkan pentingnya doa dalam mendapatkan petunjuk.

Nabi Muhammad SAW sendiri sering berdoa, “Ya Allah, tetapkanlah hatiku di atas agama-Mu.” (HR. Tirmidzi). Ini menunjukkan bahwa bahkan Nabi yang sudah dijamin kebenarannya pun masih memohon hidayah dan keteguhan hati.

Berdoalah dengan tulus, dari hati yang penuh harap. Mintalah kepada Allah di waktu-waktu mustajab, seperti sepertiga malam terakhir, saat sujud dalam salat, atau setelah salat fardhu. Jangan pernah merasa putus asa jika hidayah belum juga datang. Teruslah meminta, karena Allah tidak akan mengecewakan hamba-Nya yang tulus memohon.

6. Menuntut Ilmu dan Menghadiri Majelis Ilmu

Ilmu adalah cahaya. Tanpa ilmu, seseorang tidak akan mampu membedakan antara yang hak dan batil. Menuntut ilmu, terutama ilmu agama, adalah langkah penting dalam mendapatkan dan memperkuat hidayah. Dalam hadits disebutkan, “Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim)

Dengan belajar agama, seseorang akan lebih memahami esensi ibadah, hikmah dari syariat, serta makna kehidupan. Hidayah sering kali datang saat seseorang menghadiri kajian, mendengar ceramah, atau berdiskusi dengan ulama. Kata-kata yang menyentuh hati bisa menjadi titik balik kehidupan seseorang.

Di zaman sekarang, kemudahan akses ilmu agama sangat luas, baik melalui masjid, komunitas pengajian, buku-buku, maupun media daring. Namun, penting untuk memastikan bahwa sumber ilmunya terpercaya dan tidak menyimpang dari ajaran Islam yang lurus (Ahlus Sunnah wal Jama’ah).

7. Menghindari Maksiat dan Membersihkan Hati

Maksiat adalah penghalang datangnya hidayah. Hati yang dipenuhi oleh dosa dan keburukan akan sulit menerima cahaya kebenaran. Dalam Al-Qur’an disebutkan, “Sekali-kali tidak! Bahkan apa yang mereka kerjakan itu telah menutupi hati mereka.” (QS. Al-Muthaffifin: 14)

Membersihkan hati dari penyakit-penyakit seperti hasad, sombong, iri, dan dendam sangat penting. Hati yang bersih lebih mudah merasakan kehadiran Allah, lebih peka terhadap kebenaran, dan lebih siap menerima nasihat.

Proses pembersihan hati bisa dilakukan dengan memperbanyak dzikir, istighfar, membaca Al-Qur’an, serta muhasabah diri. Dengan menjauhi maksiat dan mendekat kepada Allah, seseorang akan lebih mudah diberi hidayah. Allah tidak akan memberikan cahaya-Nya kepada hati yang membangkang dan penuh dengan kegelapan dosa.

Penutup

Hidayah adalah karunia terbesar dalam hidup manusia. Ia tidak bisa dibeli dengan harta atau diraih dengan kekuasaan. Namun, hidayah bisa diikhtiarkan melalui niat tulus, membaca Al-Qur’an, lingkungan yang baik, ujian hidup, doa yang khusyuk, menuntut ilmu, serta menjauhi maksiat.

Allah adalah Maha Pemberi Hidayah (Al-Hadi), dan tidak ada yang bisa memberi petunjuk kecuali dengan izin-Nya. Maka dari itu, teruslah berdoa dan berusaha agar hati kita selalu berada dalam jalan-Nya. Semoga kita semua termasuk dalam golongan orang-orang yang diberikan hidayah, istiqamah di atasnya, dan wafat dalam keadaan husnul khatimah. Aamiin.

Sumber Referensi

  1. Al-Qur’anul Karim

  2. Shahih Bukhari dan Shahih Muslim

  3. Tafsir Ibnu Katsir

  4. Buku “Hidayah: Cahaya yang Mengubah Hidup” – Ust. Salim A. Fillah

  5. Kajian Ustadz Adi Hidayat dan Ustadz Abdul Somad di YouTube

  6. Hadits Riyadhus Shalihin – Imam Nawawi

fiqih.ID

Fiqih.id adalah website yang menyajikan berbagai informasi seputar fiqih Islam, mencakup hukum-hukum dalam ibadah, muamalah, serta kehidupan sehari-hari sesuai dengan ajaran Islam

Bagikan:

Tags:

Leave a Comment